Rabu, 18 September 2013

Keluar dari Jebakan Formalisme Pendidikan

Salah satu masalah pendidikan yang menghambat peningkatan mutu pendidikan adalah jebakan formalisme dalam penyelenggaraan pendidikan kita. Kita menjadi sangat formalistis supaya bisa mengikuti semua aturan dan kebijakan yang ditentukan birokrasi pendidikan.

Salah satu fenomena dan akibat dari itu yang cukup menonjol adalah penyelenggaraan pendidikan yang formalistis. Akibatnya, kita bisa menyaksikan hal-hal yang menyedihkan dalam dunia pendidikan kita. Bisa kita rasakan dan nyatakan namun selalu disangkal juga secara resmki. Misalnya, standarisasi pendidikan dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Semua penyelenggara pendidikan didorong untuk mengikhtiarkan pencapaian standar sebagai patokan terendah pencapaian. Namun dalam praktiknya yang terjadi adalah upaya mengakali standar. Strategi pencapaian setandar diubah menjadi taktik mengakali standar pendidikan.

Akar masalahnya terlat pada kebiasaan “asal memenuhi syarat sah dan rukun” sehingga menjadi sangat formalistis. Pendidikan menjadi kegiatan yang sekedar mengikuti aturan main saja. Bukan proses yang bertujuan untuk melahirkan generasi berikut sebagai manusia paripurna sebagaimana yang diamanatkan UU Sisdiknas atau menjadi cita-cita luhur proses pendidikan di mana pun di dunia ini.

Formalisme pendidikan itu mewujud dalam berbagai bentuknya. Mulai dari titip absen dan mencontek sampai dengan rangakaian kata yang indah dalam visi dan misi lembaga pendidikan namun tak terwujud dalam kurikulum dan proses pembelajaran. Visi dan misi itu rupanya disusun sekedar untuk memenuhi kewajiban formal. Tradisi titip absen juga menunjukkan bahwa pendidikan adalah soal tercantumnya dalam daftar hadir bukan soal substansi mengikuti pembelajaran.

Padalah inti pendidikan adalah pembelajaran. Dengan begitu, kewajiban semua institusi pendidikan formal, nonformal dan informal adalah menjamin keterlaksanaan pembelajaran tersebut dalam bergai bentuk dan waujudnya. Sedangkan inti pembelajaran adalah berpikir, mulai dari berpikir yang paling sederhana yaitu mengingat dan menghapal sampai berpikir tingkat tinggi yaitu memecahkan masalah dan berpikir kreatif.

Memang apa-apa yang dilakukan dalam kerangka formalisme itu tidak bisa diabaikan begitu saja. Kegiatan administratif juga penting untuk dilakukan. Namun hendaknya tidak berhenti dan bahkan terjebak dalam formalisme itu. Hal-hal substansial dalam pendidikan yaitu mendorong orang belajar dan berpikir sangat penting diperhatikan. Karena bila hal substansial dalam pendidikan maka kita akan tetap menjadi negara dengan mutu pendidikan yang kalah bersaing. Kita masih mengejar nilai-nilai atau angka-angka yang bisa diperoleh peserta didik, dibandingkan dengan apa yang dicerminkan angka itu yaitu evaluasi atas kompetensi yang dimiliki.

Persaingan dengan bangsa lain dan persaingan hidup yang dirasakan makin ketat, tidak akan menjadi persaingan dalam kerangka “berlomba-lomba dalam kebajikan” manakala peserta didik masih berorientasi pada angka keberhasilan dalam satu mata pelajaran. Padahal pendidikan tentunya mendorong orang mampu bersaing dan berkompetisi dalam kebajikan dengan terus belajar dan terus berpikir untuk kemaslahatan bersama.

dicopas dari:
 http://edukasi.kompasiana.com/2011/12/08/keluar-dari-jebakan-formalisme-pendidikan-420103.html

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Web Hosting Bluehost