Rabu, 23 Mei 2018

Perlukah Perguruan Tinggi Indonesia Mengimpor Dosen Asing?

Salah satu topik yang menjadi perdebatan hangat saat ini adalah tentang rencana pemerintah untuk mengimpor dosen atau tenaga pengajar perguruan tinggi dari luar negeri.

Menteri Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mengatakan, agar perguruan tinggi (PT) atau pendidikan secara umum di Tanah Air masuk reputasi atau "kelas dunia", Indonesia setidaknya membutuhkan sekitar 200 dosen asing.
Kata Menristek Dikti, salah satu indikator untuk mengukur reputasi pendidikan sebuah negara di tingkat internasional adalah staff mobility, yaitu sejauh mana mobilitas dosen asing yang mengajar di negara tersebut dan juga sebaliknya: sejauh mana dosen negara tersebut yang mengajar di luar negeri.

Tetapi bukan itu saja yang membuat Indonesia dirasa perlu mengimpor dosen asing. Salah satu faktor krusial lain, menurut Menteri Nasir, adalah minimnya dosen dalam negeri yang berkualitas dunia atau bertaraf internasional.

Jumlah dosen di Indonesia diperkirakan sekitar 277.000, yang 5.400 di antaranya bergelar profesor atau guru besar. Itupun sedikit sekali profesor yang berkelas dunia.

Pemerintah sendiri sudah menerbitkan sebuah Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA), untuk menjembatani atau memfasilitasi upaya perekrutan dosen-dosen dari luar negeri, agar mengajar dan riset di kampus-kampus Indonesia.

Menteri Nasir juga menandaskan bahwa Indonesia memang membutuhkan dosen asing, tentu saja dosen asing yang berkualitas, karena perguruan tinggi di Tanah Air yang jumlahnya lumayan banyak, yakni sekitar4.500.

Meskipun idealnya Indonesia membutuhkan lebih dari 1.000 tenaga pengajar asing, Kemenristek Dikti tahun ini hanya mampu menganggarkan 200 dosen saja, khususnya dosen-dosen di bidang sains dan teknologi, termasuk matematika, ilmu perikanan, dan pertanian.

Sementara ini, konon hanya ada 30 orang saja dosen asing yang mengajar di perguruan tinggi di Indonesia, khususnya dari Jepang, Australia, Korea Selatan, atau Amerika.

Itupun status mereka hanya sebatas sebagai "dosen tamu" (visiting professor). Sebagian besar para dosen asing di Indonesia, digaji melalui teaching fellowship dari negara mereka masing-masing, atau sebagai bagian dari program pertukaran atau kerja sama antara perguruan tinggi di Indonesia dan mancanegara.

Melalui Perpres ini, tenaga pengajar asing akan digaji penuh oleh pemerintah Indonesia, yang konon sekitar 65 juta per bulan plus berbagai fasilitas lain.

Dalam implementasinya, masing-masing perguruan tinggi di Indonesia boleh mengusulkan nama-nama dosen asing untuk didatangkan dan mengajar, nanti pemerintah yang akan mengevaluasi dan menilai layak-tidaknya mereka didatangkan.

Seperti biasa, kebijakan mengimpor dosen asing ini menimbulkan pro-kontra di masyarakat. Ada yang setuju, tapi ada pula yang keberatan dengan gagasan dan kebijakan ini.

Ada sejumlah alasan dan argumen kenapa mereka keberatan dengan kebijakan pemerintah ini. Antara lain:

1. Tentang jarak gaji yang sangat timpang antara dosen lokal dan dosen asing, yang dikhawatirkan berpotensi menimbulkan kecemburuan sosial.

2. Perekrutan tenaga pengajar asing dipandang bisa mengancam eksistensi dosen-dosen lokal.

3. Problem wawasan kebangsaan para dosen asing.

Para pengritik juga menyarankan kepada pemerintah agar lebih fokus mengoptimalkan potensi para tenaga pengajar lokal, terlebih mereka yang didikan dari kampus-kampus ternama di luar negeri, ketimbang mengimpor dosen yang belum tentu memiliki kualitas baik.

Saya sendiri berpendapat bahwa keputusan pemerintah untuk mengimpor dosen asing itu sudah tepat.

Jika perguruan tinggi di Indonesia ingin maju dan memiliki reputasi akademik berkelas internasional, maka mau tidak mau mereka harus banyak berbenah dan melakukan banyak perubahan dan terobosan penting.

Antara lain melalui pengaturan mekanisme perekrutan dosen yang bermutu dan produktif dalam riset, konferensi, dan publikasi akademik dari negara manapun.

Tentu saja jika ada dosen berkualitas dari Tanah Air, mereka perlu diprioritaskan. Tetapi jika tidak ada atau kekurangan stok dosen yang bagus, maka tidak ada salahnya jika pemerintah menjaring atau mengimpor dosen-dosen berkualitas dari mancanegara demi kemajuan pendidikan dalam negeri.

Mekanisme, kebijakan, dan pola perekrutan dosen-dosen berkelas dari berbagai negara itu sudah lama dilakukan oleh berbagai negara maju di dunia, sehingga membuat kampus-kampus mereka mentereng dan berkibar ke seantero dunia.

Dalam hal ini, Indonesia sebetulnya sudah sangat terlambat dengan negara-negara lain. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan berbagai negara di Eropa Barat, bahkan Jepang, Korea Selatan, China, Hongkong, Singapura, dan Malaysia sudah lama menerapkan hal ini.

Di negara-negara Arab Teluk seperti Saudi, Qatar, Kuwait, Uni Emirat Arab, Bahrain, Oman, atau di kawasan Arab lain seperti Libanon yang memiliki kampus-kampus bagus, juga sudah lama menerapkan kebijakan model ini.

Di berbagai "negara baru" di Asia Tengah juga sedang gencar melakukan perekrutan dosen asing, guna membantu memajukan perguruan tinggi mereka.

Bahkan harus diakui, yang membuat reputasi kampus-kampus di banyak negara, termasuk Arab Teluk, menjadi mentereng karena kontribusi dari para dosen atau peneliti asing.

Di kampus-kampus di Eropa Barat, Arab Teluk, dan Singapura bahkan 70 persen dosennya berasal dari mancanegara.

Kampus-kampus bagus dan berkualitas umumnya tidak mempedulikan dari negara mana para pelamar dosen berasal. Mereka hanya fokus pada kualitas aplikan dosen, bukan nasionalitas mereka.

Selama ini, harus diakui, mekanisme perekrutan dosen di berbagai perguruan tinggi di Indonesia belum bermutu, karena masih mengandalkan semangat perkoncoan, nepotisme, dan jaringan alumni, selain faktor politik-keagamaan tertentu.

Sependek pengetahuan saya, hanya Sampoerna University yang membuka peluang pendaftaran para aplikan dari luar negeri, untuk ikut berkompetisi dalam penjaringan dosen.
Sementara, kampus-kampus lain masih menerapkan pola-pola feodal. Sangat disayangkan kampus-kampus besar di Indonesia masih menerapkan mekanisme perekrutan yang tidak bermutu dan profesional.

Misalnya mereka hanya mau merekrut atau mempertimbangkan untuk dijadikan sebagai dosen kalau si pelamar itu adalah alumnus dari perguruan tinggi tersebut.

Padahal, kampus-kampus bagus di luar negeri berlomba-lomba merekrut dosen-dosen hebat alumnus dari kampus-kampus lain, sambil mendorong para alumninya untuk melamar di kampus-kampus lain.
Sementara kampus-kampus di Indonesia justru melakukan sebaliknya. Hampir-hampir susah menjadi tenaga pengajar di sebuah kampus besar, jika ia bukan alumnus dari kampus tersebut.

Sudah saatnya di era globalisasi ini, dunia pendidikan perguruan tinggi di Indonesia harus membuka diri dan mengikuti model perekrutan terbuka kepada siapa saja dan dari negara mana saja.
Tentu saja semua itu harus dilakukan secara profesional, dengan lebih mempertimbangkan pada kualitas aplikan, karena tidaksemua dosen luar negeri itu bermutu dan berkualitas, dalam pengertian memiliki reputasi dan rekam jejak mengajar yang baik, riset yang mumpuni, dan publikasi akademik yang memadai.

Artinya, pemerintah dan perguruan tinggi harus tetap selektif dalam menjaring para tenaga pengajar asing.

Dengan adanya para dosen asing yang berkualitas, tidak perlu membuat para dosen lokal minder. Justru seharusnya bisa dijadikan sebagai momentum untuk bekerja sama dan saling belajar tentang sistem mengajar yang efektif, metode dan proses riset yang baik dan ilmiah, sertapenulisan karya-karya akademik yang berkualitas internasional.
Semoga bermanfaat.

Repost untuk arsip karya Prof. H. Sumanto al Qurtuby

Membina Ukhuwah

Ukhuwah dari kata () akhun yang berarti saudara. Ukhuwah () bermakna persaudaraan. Membina berarti membangun atau mengusahakan supaya lebih baik.  Membina ukhuwah berarti melestarikan persaudaraan dengan sesama dengan usaha tertentu agar lebih baik.  Ukhuwah harus dibina untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan yakni kekokohan.   Dalam doktrin agama islam manusia tercipta dari nabi adam as artinya semua manusia adalah saudara. Dengan membina ukhuwah umat manusia dapat bersatu untuk mencapai tujuan.  

Kehidupan manusia di bumi sudah berlangsung ribuan bahkan jutaan tahun.  Manusia telah menyebar di berbagai penjuru dunia.  Bahasa, warna kulit dan berbagai karakter tak bisa terelakkan berbeda beda.  Kelompok masyarakat,  suku, agama sangat banyak sekali dibumi ini.  

Firman Allah dalam surat ar rum ayat 22 "dan di antara tanda-tanda kekuasaaNya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlainan bahasamu dan warna kulitnya.  Sungguh pada yang demikian itu benar benar terdapat tanda tanda bagi orang yang mengetahui". 

Dalam surat al hujarat ayat 13 yang artinya "hai manusia, sungguh kami menciptakan kalian dari jenis laki laki dan perempuan dan menjadikan kalian berbangsa bangsa dan bersuku suku supaya kalian saling mengenal.  Sungguh orang yang paling mulia diantara kalian di sisi allah ialah orang yang paling bertakwa.  Sungguh allah maha mengetahui lagi maha mengenal". 

Ayat ayat di atas menunjukkan bahwa terdapat kemajemukan atas ciptakan Allah.  Hal ini membawa konsekwensi agar hambaNya menyadari memang allah menciptakan sesuatu itu berbeda beda. Dalam kemajemukan ada hikmah yang harus dipetik.  

Di sisi lain,  untuk menanggapi perbedaan dan kemajemukan atas ciptaaNya,  Allah juga menyerukan perdamainan dan kasih sayang.  Surat al hujarat ayat 10 yang memerintahkan kita untuk saling menjaga dan mempererat tali persaudaraan. Allah berfirman yang artinya: "sungguh orang orang beriman itu bersaudara. Sebab itu damaikanlah (pebaikilah berhungan)  antara kedua saudaramu dan takutlah kepada Allah,  supaya kamu mendapat rahmat". 

Terkait ayat diatas terdapat spirit persaudaraan. Persaudaraan untuk mewujudkan perdamaian. Oleh karena itu semua orang harus merasa bersaudara. 

Dalam konteks ini Ada tiga konsep ukhuwah yang ditawarkan oleh kh.  Ahmad siddiq. Yakni: ukhuwah islamiyah (persaudaraan seagama islam),  ukhuwah wathaniyah (ukhuwah kebangsaan) dan ukhuwah basyariah (persaudaraan kemanusiaan).  

Dalam mengarungi ukhuwah ada suatu penyakit yang bisa merusak.  Penyakit tersebut ada karena bersumber dari perbedaan.  Beberapa perbedaan ini akan meruncing abila dibesar besarkan oleh kelompok berkepentingan.  

Persaudaraan bisa hancur jika hal hal ini dilakukan. Pertama,  mengingkari kesepakatan bersama. 

Kedua,  memperbesar pebedaan.  

Ketiga,  memaki sesuatu yang dimuliayakan.  

Dalam hal ini ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk mengukuhkan ikatan ukhuwah antar sesama.  Pertama,  pemahaman bersama. 

Kedua,  menyadari perbedaan adalah sunnatullah. 

Ketiga,  saling memahami. 
Dengan cara dialog 

Paling tidak dengan ketiga hal di atas ukhuwah dengan sesama dapat dibina. Karena semua manusia adalah saudara. 
Tidak ada guna memelihara permusuhan.  Karena musuh yang nyata bagi manusia hanyalah syaitan.  Wallahu a'lam bi sawab...!

NB: belum diedit

Minggu, 13 Mei 2018

Memperkokoh Persaudaraan dan Membangun Jaringan


ان الحمد لله الذى أنزل الرحمة أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له. شهادة اعدها للقائه ذخرأ. واشهد ان محمدا عبده و رسوله. ارفع البرية قدرا. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه وسلم تسليما كثيرا. أما بعد. فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون. 

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah kita bersama-sama berusaha menaikkan derajat ketaqwaan kita dengan memperkokoh bangunan persaudaraan sesama muslim dan juga menjalin hubungan yang luas dengan umat lain. Sesungguhnya yang demikian itu sangat diridhai Allah swt.

Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia selalu hidup bersama. Tidak seorangpun kuasa hidup sendiri tanpa ada yang lainnya. Keterbatasan seorang individu baik dalam kuasa maupun karya, mau tidak mau akan membawanya berhubungan dengan manusia lainnya. Hal ini menjadikan seseorang sangat tergantung dengan orang lain. Mata rantai ketergantungan ini terus menerus bersambung tiada putus dan tiada kenal batas agama, ideologi maupun kepercayaan. Demikianlah seseorang selalu memerlukan orang lain dalam rangka memenuhi keperluan hidupnya. Sekecil apapun keperluan itu, selalu saja ada tangan orang lain disana. Sekedar conoth saja, untuk menikmati sepeiring nasi seseorang harus berhubungan dengan penjual beras, kuli pasar pemikul beras, alat transportasi, petani, penggilingan padi, pupuk, pabrik pupuk, dan demikikanlah seterusnya.

Demikianlah hikmah Allah swt memberikan bakat yang berbeda-beda dalam diri mausia. Ada olahragawan, ada petani, ada budayawan, ada agamawan, ada seniman dan lain seterusnya. Semua itu Allah ciptakan demi keberlangsungan hidup umat manusia, sekaligus menjadi cobaan bagi mereka. apakah yang diperbuatnya dengan modal bakat yang diberikan oleh Allah swt kepadanya? demikianlah Allah menerangkan dalam al-Maidah 48.

وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَٰكِن لِّيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, 

Hadirin Jama’ah Jum’ah yang Mulia
Namun demikian harmonisme yang secara teori sangat dibutuhkan dalam menjaga keberlangsungan kehidupan umat manusia ini, terkadang susah sekali ditemukan. Ketamakan dan keserakahan seringkali merusak harmoni kehidupan ini. Bukankah ketamakan para pedagang Eropa yang dulu melahirkan kolonialisme di bumi Nusantara. Tingginya harga rempah-rempah (cengkeh, lada,fuli, dll) di Eropa menggiurkan nafsu mereka untuk memonopoli perdagangan di Nusantara. Dengan memaksa pribumi menjual hasil buminya dengan harga serendah mungkin, untuk kemudian dijual di Eropa dengan harga yang melangit? Keuntungan yang berilipat ganda itulah yang memunculkan setan tamak dalam diri mereka sehingga tega merusak harmoni kehidupan di Nusantara. itulah ketamakan .

Ketamakan dan kerakusan selalu ingin menghapus jasa orang lain dalam kehidupannya. Seolah dia dapat hidup sendiri tanpa ada orang lain. Entah dengan kekuatan yang dimilikinya maupun dengan harta  bendanya. Sekali lagi manusia sering tidak sadar bahwa antara satu dengan yang lainnya ibarat mesin arloji yang saling berhubungan. Apabila satu rusak, maka rusaklah segalanya. Demikianlah adanya kehidupan didunia ini saling berhubungan dengan sangat eratnya. Tidak hanya dalam kehidupan sosial manusia tetapi juga dalam ekosistem alam dunia. Bukankah adanya banjir yang disebabkab oleh air, selalu berhubungan dengan gundulnya hutan?

Sejarah selalu mencatat seringnya kegagalan manusia mengelola hubungan antar sesama, hanya karena ketidak mampuan mereka mengekang nafsu ketamakan dan keserakahan. Dan itulah drama kehidupan dalam dunia ini yang cerita utamanya selalu muncul dari perbedaan dan kesenjangan. Oleh karena itulah Allah swt menurunkan kitab-kitabnya dan Rasulnya sebagai buku petunjuk merajut kebersamaan. Karena pada dasarnya manusia adalah satu kelompok besar yang saling bertautan. Al-Baqarah 213 telah menegaskan hal ini

كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلَّا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ ...

Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata,

Akan tetapi perbedaan yang diciptakan Allah sebagai sebuah anugrah untuk saling melengkapi malah sering kali disalah pahami dan disalah gunakan menjadi alat saling bersaing, saling menindas dan saling unjuk kekuatan. Dan itulah realita kehidupan semenjak generasi Adam pertama (Qabil dan Habil) hingga hari ini.

Oleh kerena itulah Rasulullah saw selalu menghimbau kepada umatnya agar bersatu-padu dalam berbagai keadaan. Al-muslimu kaljasadil wahid orang Islam bagaikan satu tubuh utuh yang kalau terjadi kesakitan salah satu organnya yang lainpun merasa sakit.  Kaki terkilir akan menyebabkan tubuh meriang dan kepala pusing. Itulah ibaratnya sebuah kesatuan yang utuh.

Dalam hdits yang amat terkenal Rasulullah saw bersabda

 الْمُسْلِمُ لِلْمُسْلِمِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا "

Orang muslim bagaikan satu bangunan yang bagian-bagiannya saling menguatkan satu dan lainnya.
Bata, batu, semen, pasir, kusen, jendela, pintu, dan seterusnya adalah bagian tak terpisahkan dalam sebuah bangunan rumah. Itulah tamsil yang diambil Rasulullah saw untuk menunjukkan kesatuan umat Islam.

Jama’ah yang Berbahagia
Demikianlah pentingnya persatuan diantara umat manusia dan bagi komunitas muslim khususnya. Oleh karena itulah membangun persatuan sesama muslim adalah kewajiban dan menjalin hubungan dengan umat manusia seluruhnya adalah sebuah kepentingan yang tak terelakkan. Hanya saja hubungan ini haruslah didasari dengan peraturan-peraturan dan kaedah syariah yang telah ditetapkan oleh Allah swt. Tentunya berbeda model kerjasama sesama muslim dengan umat agama lain. Kerjasama boleh saja dijalin dengan umat agama lain asalkan tidak dalam masalah aqidah dan ubudiyah. Kerjasama harus tertulis dengan perjanjian yang tidak merugikan kedua belah pihak tentunya. Demikian perintah Allah sebagaimana termaktub dalam Ali Imran 112.

ضُرِبَتْ عَلَيْهِمْ الذِّلَّة أَيْنَمَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنْ اللَّه وَحَبْل مِنْ النَّاس

Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia

 Jikalau kebersamaan telah tercipta maka pastilah hamoni kehidupan pun terlaksana. Harmonisme kehidupan ini merupakan berkah langsung dari Allah swt. sebagaimana yang dijanjikan oleh Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi

يد الله على الجماعة

Tangan Allah berada diatas kebersamaan.

Namun sebaliknya, sungguh Allah dengan nyata telah mengancam manusia yang dengan sengaja meruntuhkan harmonisme kehidupan ini dengan merusak persatuan yang telah terbangun dengan rapih.

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ ۚ وَأُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.

Demikianlah khutbah jum’ah kali ini semoga memberikan inspirasi bagi kita semua untuk menyadari beberapa hal pertama, kompleksitas kehidupan yang sangat tinggi tidak memungkinkan manusia hidup sendiri saja ataupun mengandalkan kelompoknya saja. Oleh karena itu fanatisme tidak dapat lagi diberlakukan di sini. Kedua, pentingnya membangun persatuan antar umat muslim sebagaimana diperintahkan Rasulullah saw. ketiga, perlunya menjalin hubungan dengan umat lain dengan tatacara dan tatatertib sesuai aqidah Islam.

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ.

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ.

Minggu, 06 Mei 2018

Kredit Untuk Pendidikan

Dalam rapat terbatas di istana,  presiden joko widodo menantang perbankan untuk membuat program pinjaman pendidikan.  Program ini untuk meningkatkan sumber daya manusia indonesia dalam bidang pendidikan.  Hal ini terlebih untuk memberikan akses pendidikan warga kurang mampu secara ekonomi dengan cara mencicil biaya perkuliahan setelah lulus. 

Terkait ide presiden jokowi di atas,  saya berpendat bahwa ide tersebut baik dari pada program pendidikan/sekolah gratis.  Pendidikan atau sekolah gratis yang sering kita jumpai di baliho dari pemerintah kabupaten/ kota maupun provinsi.  Pendapat yang saya maksud diatas sangat singat saya tulis di kronologi jejaring media sosial facebook.  "Terus terang saya suka dengan program seperti ini dari pada program "PENDIDIKAN GRATIS"  yang penuh misterius. Semoga segera dilaksanakan dengan baik. #generasiOptimis". 

Dalam komentar singkat tersebut saya juga menyertakan link berita dari situs media berita online kredibel,  kompas.com.  Dengan judul "sedang dirancang, mahasiswa boleh bayar kuliah setelah diterima kerja.  https://nasional.kompas.com/read/2018/03/16/09043451/sedang-dirancang-mahasiswa-boleh-bayar-kuliah-setelah-diterima-kerja

Sebelumnya saya baca link berita ini dari seorang pensiunan guru besar dalam bidang pendidikan UNESA Surabaya, Haidar.  Beliau dalam diskusi di media, mengaku saat kuliah beliau memanfaatkan program semacam ini era 80/90an. 

Kembali ke komentar saya yang sangat singkat dan link berita yang saya posting di media sosial (medsos) facebook, ternyata banyak respon juga.  Hal ini saya sengaja untuk diskusi dengan teman teman yang ada di jejaring medsos.  Diskusi minimal dengan teman saya yang mau membaca link berita tersebut.  Terlebih teman medsos yang mempunyai informasi yang utuh dan lebih soal kebijakan ini. 

Di amerika program seperti ini disebut dengan student loan atau pinjaman pendidikan. Jadi,  kebijakan ini paling tidak ada dua intitusi yang saling berhubungan, lembaga pendidikan dan lembaga keuangan/perbankan. kalau dalam pembahasan akademis ada dua bidang yang harus dibahas yaitu kajian pendidikan dan kajian perbankan. Memungkinkan juga kajian industri dari sisi sumberdaya manusia. 

Sebelum lebih lanjut dalam bahasan tulisan ini,  saya klisifikasi komentar teman diskusi saya.  ada tiga macam,  keseriusan,  sentimen politik dan subtansi. 

Dari segi keseriusan ada dua macam,  serius dan tidak serius dalam arti hanya komentar tanpa fikir panjang. Dari segi sentimen politik,  mereka sangat tendensius untuk persiapan kampanye pilpres 2019. Dan dari segi subtansi teman saya mengkitisi ,  membandingkan,  menyarankan  atas program yang lebih baik lagi atas kebijakan pinjaman pendidikan ini. 


Sebelum lebih lanjut tulisan ini,  saya berusaha untuk kontekstualisasi atas ide PJ atas pinjaman pendidikan ini.  Menurut saya yang melatari ide tersebut adalah peningkatan SDM Indonesia, pemerintah sedang mengembangkan pendidikan vokasi dan perluasan kredit dari perbankan.



Pertama, peningkatan SDM Indonesia adalah salah satu keniscayaan bagi pemimpin negara besar ini untuk segera direalisasikan terutama keterkaitan dengan janji kampanye PJ yang teruang dalam nawacita.negara dengan penduduk terbesar keempat ini sudah seharusnya mampu bersaing dengan negara-negara tetangga yang laju pekembanya cukup pesat. Sebut saja negeri jiran malaysia dan singapura dari segi ekonomi terus melejit.



Kedua, pengembangan pendidikan vokasi ahir ahir ini gencar diperluas oleh pemerintah. Tenaga kerja dengan skill yang mumpuni harus terus berkembang guna untuk mengimbangi era industrialisasi yang terus meluas di indonesia. Rata rata misalkan kita menggunakan contoh dilingkungan kita berkembang banyak industri yang membutuhkan tenaga profesional dalam bidang bidang tertentu sementara SDM yang kita miliki kembanyakan lulusan bidang agama dan atau pendidikan. Sarjana yang mengantongi ijazah agama dan pendidikan sudah membeludak maka mau tidak mau lapangan kerja yang ada walaupun tidak sesui dengan latarbelang pendidikan maka tetap menjadi incaran. Menjadi tenaga kerja kasar tentunya bukan piliahan mereka.



Ketiga, perluasan kiridit perbankan. Selama ini yang dikenal oleh publik kridit perbangkan untuk konsumtif, kredit kendaraan bermotor, sepeda motor, mobil, peralatan elektronik, kredit perumahan. Dan tentunya kredit untuk belanja sehari hari semakin meluas. Ada juga kredit usaha yang selama ini untuk pengembangan usaha baik sekala kecil, menengah dan besar. PJ dalam hal ini mengehendaki adanya kredit pendidikan yakni dengan cara mahasiswa pinjam di Bank yang telah ditunjuk dengan cara mengansur cicilan setelah mahasiswa lulus.



Dari ketiga alasan tersebut maka hal ini nyambung dengan visi pendidikan nasional yakni pemerataan pendidikan baik yang kaya atau kurang mampu secara ekonomi. Masyarakat juga bisa memilih pendidikan apa yang hendak dituju sesui dengan kemampuan akademik mereka. Memang selama ini sudah banyak akses pendidikan untuk masyarakat melalui program program yang sudah ada. Beasiswa dari berbagi instansi juga sudah dikucurkan. Mulai dari kementerian hingga beasiswa dari lembaga pendidikan sudah menawarkan beasiswa.



Lebih jauh jika kita menelisik sejumlah beasiswa yang ditawarkan misalnya LPDP, BIDIKMISI, Beasiswa berprestasi, pendidikan gratis oleh pemerintah daerah maka semua itu terdapat keterbatasan keterbatasan yang dialami mahasiswa. Bukan membantah ide tentang pinjaman pendidikan ini tidak punya keterbatasan namun penulis optimis ide pinjman pendidikan dari perbankan ini menjadi salah satu alternatif yang relatif lebih mudah. Pada akhirnya masyarakat bisa mempunyai banyak pilihan untuk mengakses pendidikan yang diinginkan.

Diberdayakan oleh Blogger.
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Web Hosting Bluehost