Ini adalah artikel yang kedua tentang sosok KH. Asep Saifudin
Chalim. Kiai yang sukses dengan segudang prestasi dan peranya. Artikel ini
merupakan testimoni dari seorang guru besar UINSA yang sering berinteraksi
dengan beliau. Pondok pesantren amanatul ummah sudah lama saya dengar namun
sosok pengasuhnya bagi saya adalah luar biasa. Saya adalah pengagum kiai yang
merintis perjungan dari null. Ketika saya tau ada artikel ini maka saya share
di sini.
------------------------------------------------------
KH ASEP SAIFUDDIN CHALIM YANG SAYA KENAL
Penulis: Prof. Dr. KH. Imam Ghazali Said,
M.A. (Pengasuh Pesantren Mahasiswa Annur, Wonocolo, Surabaya. Guru Besar UINSA)
Asep... nama panggilan yg populer saat saya mengenalnya ketika
menjadi teman kuliah doktoral di Fak. Adab IAIN Sunan Ampel pada 1983. Ia hidup
serba paspasan. Walaupun demikian, -setahu saya- ia tidak pernah mengeluh dan
minta bantuan kpd siapapun. Saya pernah tahu ia pernah menjadi kuli bangunan,
hanya untuk menutupi kebutuhan hidupnya.
Sebagai teman, saya sering terlibat diskusi bahkan debat
dengannya. Dalam beropini, perbedaan dan pertentangan lebih sering terjadi. Hal
yg selalu saya ingat adalah obsesi dan cita-citanya untuk membuat lembaga
pendidikan Islam bertaraf inernasional. Jika Petra bisa membuat gedung tingkat
delapan, kita harus bisa membangun gedung tingkat sembilan; ucapnya padaku.
Ucapan dan cita-cita "gila" menurutku saat itu. Jadi, walaupun ia
hidup serba "kekurangan", itu tidak menghalangi untuk bercita-cita
setinggi langit. Antara 1983-984 saya tahu Asep... menjadi guru kelana di SMP
dan SMA Swasta antara Lamongan, Gresik dan Surabaya. Saya tidak tahu apakah ia
juga mengajar di Sidoarjo.
Kemudian, karena saya harus melanjutkan studi ke al-Azhar pada
Oktober 1984, kami berpisah. Tak pernah ada kontak, karena memang pertemanan
kami tidak begitu akrab. Pada 1988 saya kembali ke Sampang setelah
menyelesaikan S1 di l-Azhar (1986) dan S2 di Khatoum International Institute di
Sudan (1988), saya belum dapat informasi tentang kiprah ASEP SAIFUDDIN CHALIM
temanku itu di masyarakat.Usai saya menikah pd 1989 yang membuat saya tinggal
dan menjadi dosen Fak. Adab IAIN Sunan Ampel pd 1990, saya dapat info kiprah
Asep... di masyarakat.
Saat itu, orang-orang memanggil Ust Asep.. dan sebagian
memanggil Kiai Asep. Saya dapat info beliau diserahi untuk "nangani"
SD Tunas Bangsa di Kawasan Siwalankerto Surabaya yg hanya punya murid ( kelas
1--6) 25 anak. Kemudian berkat "tangan dingin" beliau, SD Swasta ini
menjadi maju dan dalam waktu 1 tahun memiiki lebih 100 murid. Bahkan pada 1992
Kiai Asep mengembangkan untuk membuka SMP sekaligus menjadi SMP yg relatif
ramai peminat.
Lembaga pendidikan inilah yg menjadi cikal bakal Pondok Pesantren Amanatul Ummah yang beliau asuh sampai sekarang. Sayangnya lembaga ini pada 1997 -- karena satu dan lain hal-- "diambil alih" oleh pemilik yg pernah menyerahkannya kepada Kiai Asep saat beliau meelaksanakan ibadah haji.Peristiwa inilah diantarana yg mendorong beliau bertekat memdirikan Lembaga Pendidikan MTS, MA, SMP dan SMA di bawah naungan Pondok Pesantren Amanatul Ummah.
Lembaga pendidikan inilah yg menjadi cikal bakal Pondok Pesantren Amanatul Ummah yang beliau asuh sampai sekarang. Sayangnya lembaga ini pada 1997 -- karena satu dan lain hal-- "diambil alih" oleh pemilik yg pernah menyerahkannya kepada Kiai Asep saat beliau meelaksanakan ibadah haji.Peristiwa inilah diantarana yg mendorong beliau bertekat memdirikan Lembaga Pendidikan MTS, MA, SMP dan SMA di bawah naungan Pondok Pesantren Amanatul Ummah.
Saat Kiai Asep berjuang mendirikan dan memajukan PP Amnatul
Ummah, beliau menerima Amanah sebagai Ketua Tanfidziyah PCNU Surabaya
(1990-1995) yg penuh konflik; tapi beliau mampu meredamnya, sehingga PCNU
Surabaya relatif diperhitungkan sebagai pemasok kader-kader untuk duduk PWNU
Jatim dan PBNU. Bakat kepemimpinan Kiai Asep tampak ketika beliau terpilih
sebagai Ketua MUI kota Surabaya (1995-2000).
Sebagai apresiasi dan tafaaul pada kiprah Kiai Asep, ketika kami
meresmikan Pendirian Pesantren Mahasiswa (Pesma) An-Nur Wonocolo (1995) sebagai
WAKAF dari HM Noer (alm mertua saya), saya mengundang Kiai Asep intuk
menyampaikan tauusiyah. Acara IKRAR WAKAF itu diantaranya ditandtangani oleh
Drs KH Abd Jabbar Adlan (Rektor IAIN Sunan Ampel). Jadi, sejak saat itu saya
inten berkomunikasi dg beliau untuk memajukan Pesantren.
Untuk menunjang finansial PP Amanatul Ummah,pada 1999 Kiai Asep
mendirikan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji ( KBIH ) Amanat Bangsa. Pada 2001
saya menjadi TPIH pada kloter 11 Sub yg 380 JH dari 450 JH adalah jamaah Amanat
Bangsa. Saat sama-sama menjadi pembimbing haji itulah saya lebih mengenal Asep
sebagai Kiai yg sangat perhatian pada jamaah, sopan, memiliki ilmu suwuk, dan
sangat hormat pada pimpinan Kloter. Kiranya KBIH ini menjadi salah satu sarana
yg dibangun oleh Kiai Asep untuk memajukan Amanatul Ummah.KBIH ini akhirnya
berkembang menjadi PT perjalanan wisata yg tentu mengejar profit.
Pada 2010 Kiai Asep mengembangkan PP Amanatul Ummah di kawasan
sejuk desa Kembang Belor Kec. Pacet Mojokerto, dengan modal sebuah villa hibah
salah seorang jamaah haji yg beliau bimbing di KBIH Amanat Bangsa.Tekadnya
membara untuk merealisir cita-citanya membangun Lembaga Pndidikan Islam
bertaraf Internasional. 18 siswa MA dan SMA kelas III Amaatul Ummah
Siwalankerto "digembleng" di villa Pacet dengan target praktis;
mereka harus diterima pada PTN Pavorit.Hasilnya ? 100% mereka diterima di PTN
sesuai pilihan. Dari sinilah PP Amantul Ummah mendirikan Madrasah Aliyah
Bertaraf Internasional (MBI) yang kemudian menjadi pilot proyek MBI Kemenag RI.
Kemudian dengan segala tantangan dalam memangun relasi dg masyarat lokal
sekitarnya, menyelesaikan kendala teknis legalitas dg para birokrat Pendidikan
di tingkat kota/kabupaten, provinsi dan nasional Kiai Asep sukses membangun SMP
dan Akslarasi, yg kemudian berkembang dalam bentuk pendirian INSTITUT KEISLAAN
KIAI ABD CHALIM.
Sejauh yg saya tahu Kiai Asep "kurang bakat" di dunia
politik. Buktinya ? Beliau hanya 2 tahun menjadi anggota DPRD kota Surabaya
dari FKB (1999-2000). Ketika beliau mendukung all out putranya HM Habibrrahman,
SE untuk menjadi Caleg DPRI Dapil 1 Jatim dari PPP, hanya sukses jadi Caleg dan
gagal mengantarkan putranya itu menjadi "leg". Dalam permainan
politik, selama ini beliau dikenal sebagai pendukung atau pendulang suara yg
lihai dan konsisten. Tentu sebagai pengasuh Ponpes yg sukses dan kiprahnya
dalam membangun PERGUNU (Persatuan Guru Nahdlatul Ulama) menjadi modal
sosial-politik untuk mendukung seseorang (bukan dirinya dan keluaganya) untuk
" menang " dalam percaturan politik. Beliau menjadi pendukung utama
Khofifah IP dalam 3 kali perebutan Jatim 1. Akhinya beliau sukses. Beliau
pendukung fanatik Jokowi-JK dan Jokowi-Ma'ruf Amin dengan JKSNnya.Akhirnya
beliau sukses. Kiranya "kiprah politik sebagai pendukung" inilah yang
menjadi pertimbangan utama Presiden Jokowi berkenan hadir dan menyampaikan
sambutan dalam prosesi pengukuhan Dr. KH Asep Saifudin Chalim sebagai Profesor
bidang Sosiologi di UINSA hari ini Sabtu 29-02-2020.
'Ala kulli hal, KH Asep adalah sosok penting dalam dunia
pendidikan Indonesia yang meniti karir dari bawah secara mandiri tanpa membawa
"kebesaran" KH Abd Chalim Leuwinunding ayahnya yg juga sebagai
pendiri NU.
Kehebatan KH Asep ditopang kemampuan intlektualnya yang tinggi,
pengamalan dan penghayatan keislamannya yang tak diragukan.Kemampuan sbg
manager, kepemimpinan yg mengayomi dan mmbangun relasi baik lokal, nasional dan
internasional mentahbiskan dirinya sebagai tokoh yang akan diperhitungkan,
terutama dalam dunia pendidikan Pesantren maupun pendidikan secara umum.
Modal sosial di bidang pendidikan pesantren inilah membuat saat
ini dan yangakan datang semua kontestan politik baik partai maupun
masing-masing calon pemimpin akan sangat membutuhkan dukungan KH Asep Saifddin.
Semoga beliau sehat, panjang umur dg penu berkah; sehingga
beliau bisa meealisir semua cita-citanya.Catatan ini semoga mjd pengngat bagi
generasi muda utk berobsesesi setinggi mungkin dg berjuang semaksimal mungkin.
Insya Allah lebih dari 50 % cita-cita itu akan tercapai. Smg bermanaat. Wallhu
a'lam.
Pesma An-Nur Wonocolo, 5 Rajab 1441 H/ 29 Pebruari 2020.
0 komentar:
Posting Komentar